Tuesday, 29 March 2016

Candy Pop Cupcake

Cara Membuat Pop Cupcake

Cupcake
Cupcake
Bahan


  •     Blueband Cookies
  •     Blue Band Cake and Cookie 90 gr
  •     165 gr tepung terigu serbaguna
  •     200 gr gula pasir
  •     1 ½ sdt baking powder
  •     ¼ sdt garam
  •     2 butir telur ayam
  •     125 ml susu, campur dengan 1 sdt cuka
  •     4 sdm cokelat beras warna warni (mesis warna warni)


DEKORASI:


  •     Butter cream siap pakai
  •     Sprinkle warna warni


Cara membuat


  •     Kocok Blue Band Cake & Cookie dan gula hingga lembut. Masukkan telur, kocok rata.
  •     Masukkan terigu, baking powder, dan garam, susu, aduk. Tambahkan cokelat beras, aduk           rata.
  •     Tuangkan adonan ke dalam loyang cupcake 12 lubang yang telah di alasi paper cup.
  •     Panggang di dalam oven panas bersuhu 170°C hingga matang. Angkat. Dinginkan.


DEKORASI:


  •     Setelah dingin, hias dengan butter cream dan taburi dengan sprinkle.

Candy Pop Brownies Kukus

Cara membuat Brownies Kukus

Brownies Kukus
Brownies Kukus
Bahan


  •     Blueband Cookies
  •     50 gr coklat beras (mesis)


Bahan A:


  •     10 butir telur ayam
  •     350 gr gula pasir
  •     1 sdm stabilizer (SP/TBM)


Bahan B, ayak bersama:


  •     225 gr tepung terigu serbaguna
  •     65 gr cokelat bubuk
  •     ¼ sdt baking powder


Bahan C, lelehkan:


  •     250 gr Blue Band Cake & Cookie
  •     200 gr cokelat masak pekat
  •     1 sdt pasta cokelat


DEKORASI:


  •     Meises warna warni


Cara membuat


  •     Kocok bahan A hingga mengembang. Masukkan bahan B, aduk rata. Masukkan bahan C,           aduk rata.
  •     Siapkan cetakan ukuran 24 x 24 x 8 cm. Poles dan lapisi dengan kertas roti.
  •     Bagi adonan menjadi 2 bagian, masukkan ½ adonan kedalam cetakan, kukus sampai matang     kemudian tabur dengan meises.
  •     Masukkan sisa adonan, kukus kembali hingga matang ± 30 menit. Angkat. Dinginkan.


DEKORASI:


  •     Taburkan meises warna warni diatas brownies kukus.


Friday, 25 March 2016

SERI PACIFIC HOTEL KUALA LUMPUR




Ciptakan Ketenangan Di Tengah Ibu Kota Penat melalui kesibukan kota metropolitan, indahnya apabial sesekali beristirahat di ruang hotel yang penuh kenyamanan. Meskipun erada di tengah ibu kota, Seri Pacific Hotel Kuala Lumpur tetap menjanjikan ketenangan dan kenyamanan kepada pengunjungnya.
HOTEL KUALA LUMPUR
HOTEL KUALA LUMPUR

Seri Pacific Hotel Kuala Lumpur hanya dua menit berjalan kaki dari Pusat  Dagangan Putra Kuala Lumpur atau PWTC. Letak strategiknya membolehkan pengunjung dari PWTC untuk singgah disini,bisa untuk beristirahat atau sekedar menjamu. Sudah menjadi kebiasaan, Seri Pacific Hotel akan lebih ramai pada saat hari-hari istimewa seperti Pesta Buku Antarabangsa, Persidangan UMNO dan banyak lagi.
 
Melangkah masuk ke hotel bertaraf bintang lima ini, anda akan disambut hangat oleh pelayan hotel. Sebelah dengan lobi hotel terdapat Zende Restaurant, restoran yang dapat memenuhi selera anda. Baik cita rasa Asia atau menu antar bagsa, nikmatnya di sini dari jam 6.30 pagi sampai 1.00 pagi.

Penataan di ruang ini membuat anda merasa merasa lebih nyaman dan bahagia. Dengan tempat duduk berkapasitas 186, Zende Restaurant juga menawarkan sarapan, makan siang dan makan malam secara bufet pada harga yang setara. Bukan itu saja, bufet minum petang atau hi-tea disajikan pada hari biasa dan hari minggu.

Tidak cukuo dengan itu, penginapan anda kesini diteruskan dengan ruang lebih istimewa. Chereza Lounge bukan ruang istirahat biasa. Selain hiasan dekorasi yang lebih eksklusif, Chereza Lounge juga bermanifestasi dengan musik langsung. 

Bagi anda yang menggemari masakan Jepun, Kofuku Japanese Restaurant membawa anda menikmati hidangan Jepun asli. Gabungan dua chef tempatan, pemilihan menu bukan sembarangan. Saksikan sendiri bagaimana mereka memasak dan meghidangkannya kepada anda. Di dalam restoran, anda bisa merasakan suasana seperti dinegara matahari terbit itu.

Tempat tidur beralaskan tilam lembut, bersandarkan bantal empuk dan didakap kedinginan di balik penginapan Seri Pacific Hotel Kuala Lumpur. Sebanyak 560 buah bilik dan suite ditawarkan kepada pengunjung. Setiap satunya dilengkapi kemudahan penghawa dingin, bilik mandi berasingan, jaringan internet, televisi dengan 18 saluran rancanagn, film, CNN dan saluran radio.

Istimewa, Seri Pacific Hotel Kuala Lumpur juga mempunyai suite eksklusif seperti Rajawali Suite, Seri Indah Suite, Seri Dendang Suite, Seri Ayu Suite dan Seri Layang Suite. Ruang bilik yang lebih besar dan luas membuat pengunjung menginap dengan nyaman.

Kedudukan site yang berada di tingkat teratas menawarkan pengunjung dengan panorama kawasan sekitar Kuala Lumpur. Setiap suite terdapat ruang tamu, ruang mandi dan tandas berasingan yang lebih luas dilengkapi televisi LCD. Pengunjung juga boleh menkmati keistimeaan menggunakan Club Lounge di tingkat 30. 

Club Floor memberikan tawaran lebih menarik dari pada segi perkhidmatan. Anda boleh berada di Club Lounge setiap hari dari pukul 6.30 pagi sampai pukul 11 malam. Kemudian check-in dan check-out juga disediakan agar mempercepat dan memudahkan urusan anda.

Thursday, 24 March 2016

Kisah Nyata Siswi SMA

Pihak sekolah SMA Putri di kota Shan'a' yang merupakan ibu kota Yaman menetapkan kebijakan adanya pemeriksaan mendadak bagi seluruh siswi di dalam kelas. Sebagaimana yang ditegaskan oleh salah seorang pegawai sekolah bahwa tentunya pemeriksaan itu bertujuan merazia barang-barang yang dilarang di bawa ke dalam sekolah, seperti: telepon genggam yang di lengkapi dengan kamera, foto-foto, surat-surat, alat-alat kecantikan dan lain sebagainya. Yang mana seharusnya memang sebuah lembaga pendidikan sebagai pusat ilmu bukan untuk hal-hal yang tidak baik.

Lantas pihak sekolah pun melakukan sweeping di seluruh kelas dengan penuh semangat. Mereka keluar kelas, masuk kelas lain. Sementara tas para siswi terbuka di hadapan mereka. Tas-tas tersebut tidak berisi apapun melainkan beberapa buku, pulpen, dan peralatan sekolah lainnya. Semua kelas sudah dirazia hingga tersisa satu kelas terakhir, kelas dimana terdapat seorang siswi yang memulai menceritakan kisah ini.

Seperti biasa, dengan penuh percaya diri, tim pemeriksa masuk ke dalam kelas. Mereka lantas meminta izin untuk memeriksa tas sekolah para siswi di sana. Pemeriksaan pun di mulai. Di salah satu sudut kelas ada seorang siswi yang dikenal sangat tertutup dan pemalu. Ia juga di kenal sebagai seorang siswi yang berakhlak sopan dan santun. Ia tidak suka berbaur dengan siswi-siswi lainny. Ia suka menyendiri, padahal ia sangat pintar dan menonjol dalam belajar. Ia memandang tim pemeriksa dengan pandangan penuh ketakutan, sementara tangannya berada di dalam tas miliknya. Semakin dekat gilirannya untuk diperiksa, semakin tampak raut takut wajahnya. Apakah sebenarnya yang disembunyikan siswi tersebut dalam tasnya?

Tidak lama kemudian tibalah gilirannya untuk di periksa. Dia memegangi tasnya dengan kuat, seolah mengatakan demi Allah kalian tidak boleh membukanya! Kini giliran diperiksa. Dan dari sinilah dimulai kisahnya...
"Buka tasmu, wahai putriku.."
Siswi tersebut memandangi pemeriksa dengan pandangan sedih, iapun kini telah meletakkan tasnya dalam pelukan.
"Berikan tasmu.."
Ia menoleh dan menjerit, "Tidak...! Tidak...! Tidak...!!"
Perdebatan pun terjadi sangat tajam.
"Berikan tasmu.."
"Tidak...!"
"Berikan.."
"Tidak...!"
Keributan pun terjadi dan tangan mereka saling berebut. Sementara tas tersebut masih dipegang erat dan para guru belum berhasil merampas tas dari tangan siswi tersebut karena ia memeluknya dengan penuh kegilaan!

Spontan saja siswi itu menangis sejadi-jadinya. Siswi-siswi lain terkejut. Mereka melotot. Para guru yang mengenalnya sebagai seorang siswi yang pintar dan disiplin (bukan siswi yang amburadul), terkejut menyaksikan kejadian tersebut. Tempat itupun berubah menjadi hening. Ya Allah, apa sebenarnya yang terjadi dan apa gerangan yang ada di dalam tas siswi tersebut.

Setelah berdiskusi ringan, tim pemeriksa sepakat untuk membawa siswi tersebut ke kantor sekolah, dengan syarat jangan sampai perhatian mereka berpaling dari siswi tersebut supaya ia tidak dapat melemparkan sesuatu dari dalam tasnya sehingga bisa terbebas begitu saja. Merekapun membawa siswi tersebut dengan penjagaan yang ketat dari tim dan para guru serta sebagian siswi lainnya.

Siswi tersebut kini masuk ke ruangan kantor Kepala Sekolah, sementara air matanya mengalir seperti hujan. Siswi tersebut memperhatikan orang-orang di sekitarnya dengan penuh kebencian.

Karena perilakunya selama satu tahun ini baik dan tidak pernah melakukan kesalahan dan pelanggaran, maka Kepala Sekolah menenangkan hadirin dan memerintahkan para siswi lainnya agar membubarkan diri. Dan dengan penuh santun, kepala sekolah juga memohon agar para guru meninggalkan ruangannya sehingga yang tersisa hanya para tim pemeriksa saja.

Kepala Sekolah berusaha menenangkan siswi malang tersebut. Lantas bertanya padanya, "Apa yang engkau sembunyikan, wahai putriku..?"
Dalam sekejap siswi tersebut bersimpati kepada Kepala Sekolah dan bersedia membuka tasnya.

Ternyata....
Di dalam tas tersebut tidak ada benda-benda terlarang atau haram, atau telepon genggam atau foto-foto. Demi Allah, itu semua tidak ada! Tidak ada dalam tas itu melainkan sisa-sisa roti. Yah, itulah yang ada dalam tas tersebut!

Setelah merasa tenang, siswi itu mulai bercerita:
"Sisa-sisa roti ini adalah sisa-sisa dari para siswi yang mereka buang di tanah, lalu aku kumpulkan untuk kemudian aku sarapan dengan sebagiannya dan membawa sisanya kepada keluargaku. Ibu dan saudari-saudariku di rumah tidak memiliki sesuatu untuk mereka santap di siang dan malam hari bila aku tidak membawakan untuk mereka sisa-sisa roti ini.

Kami adalah keluarga fakir yang tidak memiliki apa-apa. Kami tidak punya kerabat dan tidak ada yang peduli pada kami. Inilah yang membuat aku menolak untuk membuka tas, agar aku tidak dipermalukan di hadapan teman-temanku di kelas, yang mana mereka akan terus mencelaku di sekolah, sehingga kemungkinan hal tersebut menyebabkan aku tidak dapat lagi meneruskan pendidikanku karena rasa malu. Maka saya mohon maaf sekali kepada Anda semua atas perilaku saya yang tidak sopan..."

Saat itu juga semua yang hadir menangis sejadi-jadinya, bahkan tangisan mereka berlangsung lama di hadapan siswi yang mulia tersebut. Maka tirai pun ditutup karena ada kejadian yang menyedihkan tersebut, dan kita berharap untuk tidak menyaksikannya.

Cerita Cinta Suami Kepada Istri

Pada hari pernikahanku, aku menggendong istriku. Mobil pengantin berhenti di depan apartment kami. Teman-teman memaksaku menggendong istriku keluar dari mobil. Lalu aku menggendongnya ke rumah kami. Dia tersipu malu-malu. Saat itu, aku adalah seorang pengantin pria yang kuat dan bahagia.
Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu.

Hari-hari berikutnya berjalan biasa. Kami memiliki seorang anak, aku bekerja sebagai pengusaha dan berusaha menghasilkan uang lebih. Ketika aset-aset perusahaan meningkat, kasih sayang diantara aku dan istriku seperti mulai menurun.


Istriku seorang pegawai pemerintah. Setiap pagi kami pergi bersama dan pulang hampir di waktu yang bersamaan. Anak kami bersekolah di sekolah asrama. Kehidupan pernikahan kami terlihat sangat bahagia, namun kehidupan yang tenang sepertinya lebih mudah terpengaruh oleh perubahan-perubahan yang tak terduga. Lalu Jane datang ke dalam kehidupanku.

Hari itu hari yang cerah. Aku berdiri di balkon yang luas. Jane memelukku dari belakang. Sekali lagi hatiku seperti terbenam di dalam cintanya. Apartment ini aku belikan untuknya. Lalu Jane berkata, “Kau adalah laki-laki yang pandai memikat wanita.” Kata-katanya tiba-tiba mengingatkan ku pada istriku. Ketika kami baru menikah, istriku berkata “Laki-laki sepertimu, ketika sukses nanti, akan memikat banyak wanita.” Memikirkan hal ini, aku menjadi ragu-ragu. Aku tahu, aku telah mengkhianati istriku.

Aku menyampingkan tangan Jane dan berkata, “Kamu perlu memilih beberapa furnitur, ok? Ada yang perlu aku lakukan di perusahaan.” Dia terlihat tidak senang, karena aku telah berjanji akan menemaninya melihat-lihat furnitur. Sesaat, pikiran untuk bercerai menjadi semakin jelas walaupun sebelumnya tampak mustahil. Bagaimanapun juga, akan sulit untuk mengatakannya pada istriku. Tidak peduli selembut apapun aku mengatakannya, dia akan sangat terluka. Sejujurnya, dia adalah seorang istri yang baik. Setiap malam, dia selalu sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk di depan televisi. Makan malam akan segera tersedia. Kemudian kami menonton TV bersama. Hal ini sebelumnya merupakan hiburan bagiku.
Suatu hari aku bertanya pada istriku dengan bercanda, “Kalau misalnya kita bercerai, apa yang akan kamu lakukan?” Dia menatapku beberapa saat tanpa berkata apapun. Kelihatannya dia seorang yang percaya bahwa perceraian tidak akan datang padanya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksinya ketika nanti dia tahu bahwa aku serius tentang ini.

Ketika istriku datang ke kantorku, Jane langsung pegi keluar. Hampir semua pegawai melihat istriku dengan pandangan simpatik dan mencoba menyembunyikan apa yang sedang terjadi ketika berbicara dengannya. Istriku seperti mendapat sedikit petunjuk. Dia tersenyum dengan lembut kepada bawahan-bawahanku. Tapi aku melihat ada perasaan luka di matanya.

Sekali lagi, Jane berkata padaku, “Sayang, ceraikan dia, ok? Lalu kita akan hidup bersama.” Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak bisa ragu-ragu lagi.
Ketika aku pulang malam itu, istriku sedang menyiapkan makan malam. Aku menggemgam tangannya dan berkata, “Ada yang ingin aku bicarakan.” Dia kemudian duduk dan makan dalam diam. Lagi, aku melihat perasaan luka dari matanya. Tiba-tiba aku tidak bisa membuka mulutku. Tapi aku harus tetap mengatakan ini pada istriku. Aku ingin bercerai. Aku memulai pembicaraan dengan tenang.

Dia seperti tidak terganggu dengan kata-kataku, sebaliknya malah bertanya dengan lembut, “Kenapa?”
Aku menghindari pertanyaannya. Hal ini membuatnya marah. Dia melempar sumpit dan berteriak padaku, “Kamu bukan seorang pria!” Malam itu, kami tidak saling bicara. Dia menangis. Aku tahu, dia ingin mencari tahu apa yang sedang terjadi di dalam pernikahan kami. Tapi aku sulit memberikannya jawaban yang memuaskan, bahwa hatiku telah memilih Jane. Aku tidak mencintainya lagi. Aku hanya mengasihaninya!
Dengan perasaan bersalah, aku membuat perjanjian perceraian yang menyatakan bahwa istriku bisa memiliki rumah kami, mobil kami dan 30% aset perusahaanku.

Dia melirik surat itu dan kemudian merobek-robeknya. Wanita yang telah menghabiskan 10 tahun hidupnya denganku telah menjadi seorang yang asing bagiku. Aku menyesal karena telah menyia-nyiakan waktu, daya dan tenaganya tapi aku tidak bisa menarik kembali apa yang telah aku katakan karena aku sangat mencintai Jane. Akhirnya istriku menangis dengan keras di depanku, yang telah aku perkirakan sebelumnya. Bagiku, tangisannya adalah semacam pelepasan. Pikiran tentang perceraian yang telah memenuhi diriku selama beberapa minggu belakangan, sekarang menjadi tampak tegas dan jelas.

Hari berikutnya, aku pulang terlambat dan melihat istriku menulis sesuatu di meja makan. Aku tidak makan malam, tapi langsung tidur dan tertidur dengan cepat karena telah seharian bersama Jane.
Ketika aku terbangun, istriku masih disana, menulis. Aku tidak mempedulikannya dan langsung kembali tidur.
Paginya, dia menyerahkan syarat perceraiannya: Dia tidak menginginkan apapun dariku, hanya menginginkan perhatian selama sebulan sebelum perceraian. Dia meminta dalam 1 bulan itu kami berdua harus berusaha hidup sebiasa mungkin. Alasannya sederhana : Anak kami sedang menghadapi ujian dalam sebulan itu, dan dia tidak mau mengacaukan anak kami dengan perceraian kami.

Aku setuju saja dengan permintaannya. Namun dia meminta satu lagi, dia memintaku untuk meingat bagaimana menggendongnya ketika aku membawanya ke kamar pengantin, di hari pernikahan kami.
Dia memintanya selama 1 bulan setiap hari, aku menggendongnya keluar dari kamar kami, ke pintu depan setiap pagi. Aku pikir dia gila. Aku menerima permintaannya yang aneh karena hanya ingin membuat hari-hari terakhir kebersamaan kami lebih mudah diterima olehnya.

Aku memberi tahu Jane tentang syarat perceraian dari istriku. Dia tertawa keras dan berpikir bahwa hal itu berlebihan. “Trik apapun yang dia gunakan, dia harus tetap menghadapi perceraian!”, kata Jane, dengan nada menghina. Istriku dan aku sudah lama tidak melakukan kontak fisik sejak keinginan untuk bercerai mulai terpikirkan olehku. Jadi, ketika aku menggendongnya di hari pertama, kami berdua tampak canggung. Anak kami tepuk tangan di belakang kami. Katanya, “Papa menggendong mama!” Kata-katanya membuat ku merasa terluka. Dari kamar ke ruang tamu, lalu ke pintu depan, aku berjalan sejauh 10 meter, dengan dirinya dipelukanku. Dia menutup mata dan berbisik padaku, “Jangan bilang anak kita mengenai perceraian ini.” Aku mengangguk, merasa sedih. Aku menurunkannya di depan pintu. Dia pergi untuk menunggu bus untuk bekerja. Aku sendiri naik mobil ke kantor.

Hari kedua, kami berdua lebih mudah bertindak. Dia bersandar di dadaku. Aku bisa mencium wangi dari pakaiannya. Aku tersadar, sudah lama aku tidak sungguh-sungguh memperhatikan wanita ini. Aku sadar dia sudah tidak muda lagi, ada garis halus di wajahnya, rambutnya memutih. Pernikahan kami telah membuatnya susah. Sesaat aku terheran, apa yang telah aku lakukan padanya. 

Hari keempat, ketika aku menggendongnya, aku merasa rasa kedekatan seperti kembali lagi. Wanita ini adalah seorang yang telah memberikan 10 tahun kehidupannya padaku.

Hari kelima dan keenam, aku sadar rasa kedekatan kami semakin bertumbuh. Aku tidak mengatakan ini pada Jane. Seiring berjalannya waktu semakin mudah menggendongnya. Mungkin karena aku rajin berolahraga membuatku semakin kuat.

Satu pagi, istriku sedang memilih pakaian yang dia ingin kenakan. Dia mencoba beberpa pakaian tapi tidak menemukan yang pas. Kemudian dia menghela nafas, “Pakaianku semua jadi besar.” Tiba-tiba aku tersadar bahwa dia telah menjadi sangat kurus. Ini lah alasan aku bisa menggendongnya dengan mudah.
Tiba-tiba aku terpukul. Dia telah memendam rasa sakit dan kepahitan yang luar biasa di hatinya. Tanpa sadar aku menyentuh kepalanya.

Anak kami datang saat itu dan berkata, “Pa, sudah waktunya menggendong mama keluar.” Bagi anak kami, melihat ayahnya menggendong ibunya keluar telah menjadi arti penting dalam hidupnya. Istriku melambai pada anakku untuk mendekat dan memeluknya erat. Aku mengalihkan wajahku karena takut aku akan berubah pikiran pada saat terakhir. Kemudian aku menggendong istriku, jalan dari kamar, ke ruang tamu, ke pintu depan. Tangannya melingkar di leherku dengan lembut. Aku menggendongnya dengan erat, seperti ketika hari pernikahan kami.

Tapi berat badannya yang ringan membuatku sedih. Pada hari terakhir, ketika aku menggendongnya, sulit sekali bagiku untuk bergerak. Anak kami telah pergi ke sekolah. Aku menggendongnya dengan erat dan berkata, “Aku tidak memperhatikan kalau selama ini kita kurang kedekatan.”
Aku pergi ke kantor, keluar cepat dari mobil tanpa mengunci pintunya. Aku takut, penundaan apapun akan mengubah pikiranku. Aku jalan keatas, Jane membuka pintu dan aku berkata padanya, “Maaf, Jane, aku tidak mau perceraian.”

Dia menatapku, dengan heran menyentuh keningku. “Kamu demam?”, tanyanya. Aku menyingkirkan tangannya dari kepalaku. “Maaf, Jane, aku bilang, aku tidak akan bercerai.” Kehidupan pernikahanku selama ini membosankan mungkin karena aku dan istriku tidak menilai segala detail kehidupan kami, bukan karena kami tidak saling mencintai. Sekarang aku sadar, sejak aku menggendongnya ke rumahku di hari pernikahan kami, aku harus terus menggendongnya sampai maut memisahkan kami.
Jane seperti tiba-tiba tersadar. Dia menamparku keras kemudian membanting pintu dan lari sambil menangis. Aku turun dan pergi keluar.

Di toko bunga, ketika aku berkendara pulang, aku memesan satu buket bunga untuk istriku. Penjual menanyakan padaku apa yang ingin aku tulis di kartunya. Aku tersenyum dan menulis, aku akan menggendongmu setiap pagi sampai maut memisahkan kita.

Sore itu, aku sampai rumah, dengan bunga di tanganku, senyum di wajahku, aku berlari ke kamar atas, hanya untuk menemukan istriku terbaring di tempat tidur – meninggal. Istriku telah melawan kanker selama berbulan-bulan dan aku terlalu sibuk dengan Jane sampai tidak memperhatikannya. Dia tahu dia akan segera meninggal, dan dia ingin menyelamatku dari reaksi negatif apapun dari anak kami, seandainya kami jadi bercerai. — Setidaknya, di mata anak kami — aku adalah suami yang penyayang.

Hal-hal kecil di dalam kehidupanmu adalah yang paling penting dalam suatu hubungan. Bukan rumah besar, mobil, properti atau uang di bank. Semua ini menunjang kebahagian tapi tidak bisa memberikan kebahagian itu sendiri. Jadi, carilah waktu untuk menjadi teman bagi pasanganmu, dan lakukan hal-hal yang kecil bersama-sama untuk membangun kedekatan itu. Miliki pernikahan yang sungguh-sungguh dan bahagia.